02 October 2009

Saat Tak Ada, Saat Itulah Terasa

Ngerti kan maksud dari judul blognya. Yup, ketika seseorang sudah tak ada, saat itu lah seseorang itu betul-betul terasa.
Ketika kita punya seseorang yang selalu hadir buat kita. Ketika ada seseorang yang selalu menjawab ketika kita memanggil. Ketika ada seseorang yang selalu berdiri disamping ketika kita berjalan. Rasanya dia menjadi sesuatu yang entah kenapa terselubung oleh hal yang disebut kewajaran atau ke-biasa-an. Ada dia, biasaaa. Jalan sama dia, biasaaa. Makan sama dia, biasaa. Sehingga keistimewaan dari orang itu kita secara perlahan lupa.
Terkadang kita suka menganggap enteng seseorang ataupun sekelompok orang. Seseorang seperti pacar, teman, keluarga dan lain sebagainya. Ketika kita terlalu sering berada bersama mereka, kita jadi tidak peduli dan cuek. Kadang kita lebih sering jalan sama temen daripada sama pacar. Kadang kita lebih asik main sama temen dari pada sama keluarga sendiri. Sampai pada suatu titik dimana akhirnya pacar kita meninggalkan kita, salah satu anggota keluarga pergi, salah satu teman kita pergi. Disaat itulah kita berhenti dari dunia kekuasaan kita dan melongo keluar mencari kenyataan. Bahwa seseorang yang biasa ada kini sudah tidak ada. Saat itulah seseorang itu jadi terasa istimewa dihati kita.

Dilingkungan kerja, kita selalu menganggap remeh keberadaan bawahan. OB, jika kalian kira merupakan salah satu pekerjaan yang paling hina dan gak penting. Gua rasa kita salah. Walaupun kerjaan mereka hanyalah disuruh-suruh. Beli ini-beli itu, pergi sana-pergi kesini, fotokopi ini itu dan lain-lain, tapi mereka sangat menolong kita. Coba kita pikirkan apa yang terjadi jika mereka tidak ada? Efisiensi kerja berkurang! Konsentrasi dan fokus kerja kita terganggu ketika kita jadi harus pergi ke mesin fotokopi dan memfotokopi sendiri, ketika harus turun kebawah dan beli makan sendiri, ketika haus dan terpaksa ke dapur untuk bikin kopi sendiri. Saat itulah kalian pasti bakal memohon-mohon agar jabatan OB diadakan kembali. Hal yang sama terjadi pada Cleaning Service, Para Karyawan Pabrik, dan lain-lain. Mereka berada di level-level bawah, tapi tahukah kalian bahwa kontribusi mereka menjadi salah satu faktor pendukung dari keberhasilan kita.
Dengan adanya karyawan pabrik yang beribu-ribu itu, motor, mobil, tv, komputer dan lain sebagainya bisa laris dan dinikmati banyak orang. Dengan ada Satpam kita nggak perlu ngeronda untuk ngejaga kantor kita sendiri.
Coba kalo mereka nggak ada, nggak lucu kan kita sendiri yang ngerakit motor, bisa berapa lama tuh motor jadi. Ngejahit sendiri pakaian-pakaian pesanan puluhan butik, bisa berapa tahun tuh selesai. Ngejaga kantor kita sendiri, bisa mati muda karena kurang tidur. Siang kerja, malam ngeronda.
So, pada akhirnya kita dihadapkan pada kenyataan bahwa semua orang itu penting dan istimewa. Keberadaan mereka yang terlalu sering membuat mereka terselubungi oleh selubung yang bernama BIASA. sehingga ketika mereka pergi baru terasa betapa penting dan istimewanya mereka. Tidak ada orang yang tidak penting, tidak ada orang yang tidak istimewa karena Tuhan menciptakan manusia dengan kemampuan lebihnya masing-masing.
Jadi, tolong kurangi kata-kata seperti,
"Elo kan cuma tukang bersih-bersih"
"Elo kan cuma karyawan rendahan"
"Elo kan cuma OB"
"Elo kan cuma orang bisa."




Hanya Pemikiran Seseorang yang Biasa


Note : Salah satu bagian dalam entry ini sudah dihapus karena beberapa alasan

Related Posts

There are 2 comments on post : Saat Tak Ada, Saat Itulah Terasa

giegiedut said... (Reply)

iya bener..kadang gue juga suka lupa diri ttg hal ini, sering bgt ngeremehin mereka misalnya mbak gitu eh pas pulang kampung baru deh terasa how precious they are (and yea...gimana beratnya kerja mereka)

Ellious Grinsant said... (Reply)

Hahaha. iya tuh. Sebetulnya waktu nulis entry ini karena lagi mikirin orang-orang sekitar. Temen dan sebangsanya, tapi karena terlalu pendek ya gua perlebar jadinya deh ke masalah pekerja-pekerja yang dianggap remeh.

Post a Comment