18 November 2009

[Review ] Movie : 2 0 1 2

Picture : impawards.com

2012

Hari selasa siang di Jakarta terasa panas ketika pukul 11 siang. Niat pengen nonton 2012 karena penasaran gila dan akhirnya kesampaian. Tiba di EX XXI masih belum buka bioskopnya, jadinya terpaksa nunggu. Beli tiket, menunggu lagi dan akhirnya nonton. Ini dia penilaian gua:

2012 secara garis besar berkisah tentang inti bumi yang (kalo nggak salah) lenyap, sehingga kerak bumi bebas melanglang buana kesana-kemari sesuka hati. Akibatnya sudah pasti, kita manusia yang paling sial dan paling menderita. Bagaimana enggak, kerak bumi yang bebas jalan-jalan itu otomatis membuat gempa-gempa hebat, gunung meletus, dan Gigantic Tsunami dan lain-lain. Otomatis bencana itu memakan banyak korban jiwa dan harta benda. Dan seperti biasa sekelompok orang yang entah kenapa selalu beruntung akan menjadi sorotan utama film ini. Sebagaimana di Indonesia yang terkenal dengan tradisi mudik pada setiap menjelang hari besar, maka di Hollywood juga terkenal dengan tradisi menghancurkan negara sendiri pada setiap film bencana alam. Butuh contoh? cukup beberapa aja lah; Twister, The Day After Tomorrow, Independence Day, 2012, Armagedon, Deep Impact dan lain-lain. Semua film ini memilih Amerika sebagai korban empuk kehancuran. Jika ada sekolah percontohan dalam sistem pendidikan atau ada kota percontohan dalam aspek kebersihan, maka Amerika adalah negara percontohan dalam aspek kehancuran akibat bencana alam. America memang selalu siap untuk dihancurkan atau terkena bencana. Memang sih, baik di film maupun di kehidupan nyata negara itu memang selalu menjadi sasaran untuk dihancurkan.

Film 2012 secara langsung maupun tidak langsung bercerita tentang bencana yang tercipta dan bencana yang terlestarikan. Film ini memberikan gambaran bagaimana wujud dari sebuah kekacauan alam yang luar biasa. Jujur aja, gua pas melihat bagaimana gambar-gambar kehancuran demi kehancuran ditampilkan, gua langsung merasa parno sendiri. Bagaimana jika hal ini sungguh terjadi? entah bukan karena kiamat, namun mega bencana seperti ini pun sudah sanggup merusak segalanya. Dan yang menjadi tokoh-tokoh utama di film ini malah adalah sebuah keluarga. Benar-benar sebuah subjek yang mampu membuat orang semakin takut akan bencana. Gimana enggak, coba bayangkan bencana ini terjadi dikehidupan nyata kalian, lalu bayangkan kalian sekeluarga harus berjuang keras menyelamatkan diri karena menyadari kenyataan kalian tidak sanggup membayar 1 juta euro perorang untuk bisa masuk ke bahtera keselamatan.
Dan pada akhirnya kalian hanya bisa pasrah pada nasib bahwa kalian akan mati, atau terus berjuang mencari tempat perlindungan sendri dengan berbagai resiko yang ada. Mengerikan bukan?

Secara cerita film ini hampir mirip dengan The Day After Tomorrow yang juga disutradarai oleh sutradara yang sama. Roland Emmerich memang hobi bikin orang parno dengan berbagai film yang mempu menyebarkan teror ketakutan pada penonton; Gua menahan nafas tegang saat melihat serbuan dinding api menjalar mengejar manusia dalam Independence Day. Lalu kembali harus menahan Nafas tegang ketika melihat seekor Godzilla memporak-porandakan negara yang sama. Beberapa tahun kemudian kegiatan menahan nafas karena tegang kembali dibudidayakan melalui film The Day After Tomorrow dengan serbuan Tornado dan Tsunami. Yang lagi dan lagi terjadi di negara yang sama. Kini, Gua harus kembali menahan nafas tegang dengan kompilasi bencana yang disajikan 2012, dengan hidangan pamungkas apalagi kalo bukan, ya benar, Tsunami. Namun kali ini dengan ukuran yang lebih besar. Negara yang sama pun selalu menjadi langganan korban.

Tensi ketegangannya cukup terasa pada film ini walaupun suka agak kedodoran dibeberapa adegan. Padahal kalo yang kedodoran itu bisa dibersihkan ketegangan film ini jadi lebih berasa. Namun harus gua akui, gua merasa tegang menonton adegan bencana demi bencana dalam film ini.
Pujian luar biasa harus kita berikan untuk aspek visual efek. Kalian pasti bakalan terkagum-kagum, ternganga-nganga dengan tampilan spesial efek yang melimpah ruah di film ini. Lupakan kehebatan The Day After Tomorrow, film 2012 jauh lebih gila kalo ditanya soal spesial efek. Kompilasi bencana mulai dari tanah retak, tanah kebelah, tanah keangkat, tanah amblas, gempa gila-gilaan, letusan mega volcano yang luar biasa, sampai serbuan Tsunami raksasa yang menyapa hampir seluruh dunia. Disini kalian bisa menikmati efek-efek kehancuran yang mendekati sempurna. Tabok muka gua kalo kalian kagak bengong melihat bumi, atau lebih spesifiknya, Amerika dihancurkan secara luar biasa oleh berbagai bencana yang janjian untuk saling menghancurkan wilayah yang belum hancur. 9/10 untuk visual efek.

Soal akting? Low low low... tidak ada yang spesial untuk akting. Karena pada dasarnya film ini mengedepankan spesial efek bencana bukan adu emosi ala film Shakespeare in love, Inglorious Basterds atau American Beauty atau film-film yang ada Julia Robert atau Merryl Streepnya. Disini yang cuma bisa kita lihat pada aktornya cuma adegan nangis, teriak-teriak, muka pasrah, lari sana-lari sini, jalan kaki dan kegiatan standar lainnya. Intinya menonton film ini kamu cuma perlu duduk manis dan berusaha melafalkan kata "Oh My God" atau "Yak ampun" secara baik dan frekwentatif. Palingan yang bisa cukup bagus aktingnya si Tsunami yang begitu alami namun mampu memberikan kesan seram dan kuat. wuakakak... lol.
Hal lain, secara ilmu pengetahuan film ini nggak usah dipikir lah. elo nggak usah mikir bagaimana inti bumi bisa lenyap atau bagaimana tanah-tanah bisa bergerak-gerak. Mungkin hanya Tuhan dan Rolland Emmerich saja yang tau jawabannya. Ada beberapa kekonyolan yang terjadi di film ini. Contohnya selalu ada jalan keselamatan untuk si pemeran utama, lalu bagaimana ceritanya ada kamera tersembunyi di turbin pemutar pintu yang dengan secara close up menangkap gambar si jackson berusaha mengambil benda pengganjal turbin pintu tersebut. Ulah Paparazzi kah? hihihi...

Dan pada akhirnya film ini menceritakan bahwa satu-satunya tempat yang tidak terjamah air dan masih kekeringan adalah Afrika. Kesanalah para survivors sejati dan survivors karena punya uang akan pergi. Afrika memang ditabiskan menjadi benua yang selalu kekeringan. Buktinya aja, di negara lain dibombardir tsunami, Afrika tetep ajaaaaaa kekeringan. Lalu seperti yang diawal gua ceritakan bahwa baik secara langsung maupun tidak langsung film ini bercerita tentang bencana yang tercipta dan bencana yang terlestarikan. Ya benar, afrika! Di benua itu masih banyak orang kelaparan, keringan, kurus kering dan menyedihkan. Sedikit beruntung juga, mereka yang sudah kasihan itu tidak perlu tambah menderita lagi dengan serbuan bencana alam. Maka jika seandainya film ini terjadi dalam kehidupan nyata, gua cuma bisa bilang; Sepertinya Tuhan masih sayang sama penyakit AIDS. Hihihih...

Akhirnya film ini selesai. Gua keluar dari EX XXI dan menyadari bahwa saat gua nonton tadi Jakarta dilanda hujan ya?! soalnya pas gua keluar dari mall jakarta terlihat basah. THX sih, jadi nggak kedengeran deh kalo ada suara hujan, hahaha...

2 0 1 2 : 7/10

Related Posts

There are 3 comments on post : [Review ] Movie : 2 0 1 2

Clara Canceriana said... (Reply)

ah gue donlod aja deh, lagi donlod ini pilem
jadi nggak usah ke bioskop alias XXI

Gingerry Kojappo said... (Reply)

samaan gw donlot aja. kasian dompet gw cuma buat nonton FX-nya xD nonton di rumah sama okenya kok =))

Ellious Grinsant said... (Reply)

Hmmmm... kalo gua bilang mah mendingan nonton dibioskop. Karena efeknya jauh lebih terasa dengan layar besar dan suara yang menggelegar.

Post a Comment