28 August 2009

God is The Director... Yes, He Is...!

Pictures : google.com
Kamis siang, karena sudah janjian maka gua dan temen gua pergi ke semanggi, tepatnya ke Universitas Atma Jaya untuk menjemput teman gua yang membawanya temannya lagi untuk nonton film Cin(t)a. Sebuah film yang sudah gua nanti-nantikan semenjak pertama kali ngeliat trailernya. Setelah menjemput teman dan temannya teman gua kita berempat langsung melesat menuju grand indonesia untuk nonton di Blitzmegaplex, secara filmnya memang cuma tayang di jaringan Blitzmegaplex.

Filmnya sih menurut gua cukup dibawah ekspetasi gua ya. Ada sebuah kelemahan teknis yang cukup mengganggu dimana suara dialog tidak bisa terdengar dengan jelas, karena tenggelam sama backsoundnya. Namun walaupun tanpa backsound suaranya pun masih suka susah dinikmati.

Selain itu dari segi cerita film ini memiliki pendalaman yang kurang. Mungkin karena minimnya durasi film ini kali, dimana durasinya cuma sekitar 70/80 menit. Makannya kedua karakter dari film ini tidak bisa dieksplorasi lebih jauh. Belum lagi sinematografinya yang kadang indah kadang terasa suram, membuat gua merasa kurang nyaman menikmati indahnya film ini. Dapat dimaafkan mengingat ini sebenarnya merupakan Indie Movie dengan bujet terbatas.

Salah satu kelemahan dari film ini yang cukup merusak film ini sebenarnya adalah kata-kata si Cina, yang walaupun sedang dalam saat depresi tetapi tidak seharunya dia menjadi seputus asa gitu. Dan mengucapkan kalimat dimana dia rela berpindah agama demi cinta. Eaaaarrrghhhh, gua tidak mengharapkan menonton film ini untuk mendapatkan kalimat itu. Film ini memiliki mengetengahkan bahwa walaupun berbeda agama, namun karena cinta kita bisa menyatu. Jadi seharusnya kalimat si Cina itu tidak perlu muncul karena akan merusak kekuatan dari film tersebut. Udah bagus-bagus mereka saling kuat dengan agama mereka masing-masing, eh mendadak si Cina ngomong dia tidak keberatan kalo harus pindah agama demi Anissa. Males baaaanget!

Segi akting sih si Cina dan Anissa cukup bisa mendalami peran mereka, apa lagi si Cina yang tampak lucu di film ini. Si Anissa juga cantik banget, hahahaaiii… emang aslinya dia cantik kok. Hihihi…

Secara keseluruh film ini mendapat nilai 7 dari 10. Bersyukur tidak jadi 6 karena kata-kata penghacurnya si Cina itu.


____________________________________________


God is The Director. Memang benar bahwa Tuhan adalah Sutradara dari seluruh elemen kehidupan. Dia lah orang dibelakang layar yang mengamati kita sebagai artis di Framenya. Terlepas dari bagian Film Cin(t)a , Tuhan pada dasarnya memang merupakan seniman paling hebat diseluruh semesta. Tidak ada orang yang mampu menciptakan alur kehidupan sekompleks dan sedetil yang Dia ciptakan.
Tuhan disembah dengan berbagai cara oleh setiap orang. Namun Tuhan tidak pernah menciptakan manusia yang Atheis. Salah satu dialog dalam film Cin(t)a. yang kira-kira seperti ini.
“Tuhan kan juga capek disembah-sembah sama dipuja-puja. Makanya Dia menciptakan Atheis.”
Eeew… nggak banget. Jika suatu saat gua berjumpa dengan Tuhan, entah di jalan, atau lagi milih sayur di pasar, atau sedang berjacuzzi, atau lagi Sparring Fitnes gua bakalan bertanya sama Dia. “God, apa benar Engkau menciptakan mahluk Atheis?”, dan gua akan sangat penasaran dengan jawabannya. Sang sutradara film yakin banget soal Atheis itu diciptakan Tuhan. Well, mungkin saja apa yang ingin disampaikan hanyalah sebuah lelucon atau basa-basi.
Jika Atheis adalah sebuah agama, maka tidak mengoleksi perangko adalah hobi.
Pepatah diatas kalimatnya lupa-lupa ingat sih, apakah benar seperti itu atau tidak. Karena pernah liat Status temen di Facebook yang menulis kira-kira seperti itu. Tapi lucu juga ya, jika ada orang yang menganggap bahwa tidak punya agama adalah sebuah agama, maka sama saja dengan tidak mengoleksi perangko adalah sebuah hobi. Atau tidak melakukan apa-apa adalah sebuah pekerjaan. Nggak masuk akal banget jika orang menganggap Atheis adalah Agama. Hahahah…
Gua bukan Atheis namun sesekali gua mencoba memposisikan diri gua sebagai seorang Atheis. Berpikir bagaimana untuk tidak Mengakui keberadaan Tuhan. Mencoba menggunakan logika dan penaran atas setiap kejadian yang ada. Dan rata-rata memang pemikiran nalar benar adanya.
Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. (Kejadian 1 : 1) dan ayat berikutnya merupakan rentetan kejadian penciptaan langit dan bumi. Menurut pandangan kristen bumi diciptakan oleh Tuhan, namun menurut ilmu pengetahuan tidak. Ada beberapa unsur kejadian yang akhirnya menciptakan planet bernama bumi. Bermula dari sekumpulan gas dan debu yang kemudian menyatu-menyatu dan bergabung menjadi sebuah planet baru bernama bumi.
Cakrawala, awan, hujan dan petir adalah ciptaan Tuhan, namun menurut ilmu pengetahuan hujan adalah hasil proses penguapan dan kondenisasi air dan membentuk awan-awan gelap yang pada suatu saat ini kembali diturunkan dalam bentuk tetesan hujan. Petir adalah hasil gesekan suhu yang menciptakan pemuaian dan akhirnya terjadilah petir. atau kira-kira seperti itu.
Semua hal diatas bisa dijelaskan secara ilmiah, namun ilmiah tidak bisa menjelaskan bagaimana kematian itu. Ilmiah tidak bisa menjelaskan bagaimana kehidupan bisa timbul dalam sebuah benda mati. Bagaimana bayi bisa hidup, padahal berawal dari cairan-cairan dan unsur-unsur yang tidak bisa membangun sebuah kehidupan. Bagaimana pada akhirnya benda itu bisa hidup dan dikeluarkan dari tubuh seorang wanita? dan masih banyak lagi hal-hal yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah. Pada saat itulah gua akan selalu mengingat bahwa ada campur tangan Tuhan dalam setiap kehidupan. Tuhan lah yang selalu memulai, mengawasi dan mengakhiri sebuah atau seluruh kehidupan. Oleh karena itu, menurut gua, ketika seseorang menganggap dirinya tidak mengakui adanya Tuhan, maka dia tidak mengerti apa itu kematian dan apa itu kehidupan. Karena gua menganggap Tuhan itu ada dan berkuasa, maka gua cukup mengerti mengenai apa itu kehidupan dan apa itu kematian.
God is the Director…
Hanya Pemikiran…

Related Posts

There are no comments on post : God is The Director... Yes, He Is...!

Post a Comment