09 November 2012

Haramnya Dimana?


Source : My own design.


Suatu hari ketika gua dan teman-teman gua berkumpul disebuah restoran. Kita masing-masing memilih menu. Dan setelah memesan menu kita mengobrol sambil menunggu makanan-makanan kita datang. Kita mengobrol seputar dunia kuliner sampai pada suatu ketika, saat kita ngebahas soal babi, salah satu temen cewek gua berkata, "Gua mah nggak mungkin makan babi, kan babi haram." dia mengatakannya dengan ekspresi jijik. Mendengar itu gua cuma diem aja walaupun dalam hati geli bukan main.

Gua agak lucu aja dengan doktrinisasi pengharaman babi bagi sebagian orang. Namun masalah ini gua gak tertarik membahas lebih lanjut. Gua tertarik membahas ke pribadi setiap orang yang menganggap haram suatu hal. Ke teman cewek cantik kita yang mengharamkan babi tersebut.

Yang membuat gua ketawa geli adalah ketika dia bilang babi haram, dia sendiri tidak menyadari sudah berapa kali hal haram lain yang ia nikmati. Dia mengatakan babi haram dan gak mau memakannya, padahal gua tahu dengan jelas sudah berapa kali dia tidur dengan cowok, dimana gua pernah menjadi salah satu teman tidurnya, dia sering kali mabok-mabokan dimana ketika dia mabok gua hanya menatap dia dengan iba. Merokok bersama, dimana kadang gua yang gak modal dan makein rokok dia. Munafik? Ya!

Atau teman gua yang lain, yang terjebak dalam sebuah doktrin. Ya, dia memang mengakui bahwa babi itu haram, namun yang lebih mengejutkan dia pernah mengajak gua untuk diam-diam pergi ke lapo tuak buat makan makan babi panggang. Dia penasaran dengan kelezatan babi panggang yang banyak orang ceritakan. Dan ketika dia memakannya, ternyata rasanya emang enak. Namun... dia tetap mengatakan bahwa babi itu haram. Munafik? Ya!

Kita manusia sering kali terjebak atau menjebak diri sendiri dalam berbagai hal yang salah. Mengatakan hal tersebut salah namun secara sadar tenggelam dan menikmati melakukan kesalahan tersebut. Sex, mabuk, berbohong, menipu, bersikap malas, mencari keributan dan hal-hal lain adalah segala objek yang dinauingi oleh satu divisi bernama Divisi Haram. Dan akui saja, kita semua pernah melakukan salah satu dari yang gua sebut tadi. Munafik? Ya!

Ingat ketika MUI hendak memberlakukan fatwah bahwa Rokok itu haram? Hebohlah Indonesia dengan pro dan kontra. Ada yang setuju untuk mengharamkan rokok karena pada dasarnya rokok itu gak baik buat kesehatan, tapi ada banyak yang nggak setuju karena rokok memberikan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang. Jika rokok haram, otomatis penjualan rokok mengalami penurunan drastis dan banyak orang akan jadi pengangguran. Padahal, alasan sebenarnya adalah mereka nggak setuju kenikmatan merokok mereka diganggu. Munafik? Ya!

Dan pada akhirnya kita kembali ke babi. Hewan yang menjadi korban dari standar ganda haram. Gua cuma bisa kembali pada diri sendiri melihat kenyataan bahwa orang-orang tertentu akan mengharamkan suatu hal dan menghalalkan haramnya suatu hal. Jika kita menggangap bahwa babi itu haram, maka seharusnya kita nggak boleh berbohong, menipu, mencuri, melakukan sex bebas, merokok, mabuk-mabukan dan lain sebagainya. Karena semua itu haram. Tapi jika kita melakukan semua itu dan kita menikmatinya, maka seharusnya kita nggak masalah makan babi. Ya kan?

Kita sebagai manusia memang akan tenggelam dalam kemunafikan, walaupun sebagian akan berusaha untuk tetap pada idealismenya masing-masing. Tapi, di mata gua, hampir tidak ada manusia yang tidak pernah melakukan standar ganda akan suatu hal. Karena banyak hal, unsur, prinpsi, idealisme serta ego yang menyebabkan itu. Namun dari semua kemunafikan itu ada hal yang membuat manusia berbeda satu sama lain. Mereka yang tetap munafik dan mereka yang memutuskan untuk berprinsip.



Ditulis dengan skeptis oleh:
Ellious Grinsant



Related Posts

There are 9 comments on post : Haramnya Dimana?

Dihas Enrico said... (Reply)

babi diharamkan artinya bukan karena tidak mengakuinya sbg makhlluk ciptaan Tuhan namun lebih kepada efek dari babi...
ada sebuah petuah bahwa makanan jasmani mempengaruhi rohani...
:)

Ellious Grinsant said... (Reply)

@ Dihas Enrico

Iya, maaf. Artikelnya sudah saya edit lagi untuk meminimalisir kemungkinan terjadi kontroversi.

Nuel Lubis, Author "Misi Terakhir Rafael: Cinta Tak Pernah Pergi Jauh" said... (Reply)

intinya, gak ada yang sempurna... :)

Ellious Grinsant said... (Reply)

@ 1mmanuel'Z-Note5

Setuju, hehehe...

-Gek- said... (Reply)

Tumben berbobot nie postingan.. hehheehhehe.. saya juga ga suka kemunafikan.. Saya maunya semua umat hidup berdampingan dan menghormati perbedaan. Saya menghormati teman2 saya yang tidak makan daging babi, begitu juga mereka menghormati saya yang tidak makan daging sapi. Gitu aja koq repot.. :)

vie_three said... (Reply)

oke, nobody's perfect. aku aja mengakui kalau aku juga termasuk dalam kategori munafik.

novi rahantan said... (Reply)

hmmm... ya, ya...

babi, dalam islam, memang masuk kategori hewan2 yang tidak boleh dimakan. hewan2 bertaring, cakar, juga haram. ada yg tidak diharamkan, tapi kalo bagi org tsebut jijik dan menakutkan, jadi haram bagi org itu sendiri.

yah, bgitulah manusia dalam beragama dan keyakinan... susah membedakan mana yang urusan paling pokok dalam hidup, dan mana yang sekadarnya saja.

Hans Febrian said... (Reply)

yah, kalau bicara "lecet-lecet"-nya manusia emang gak ada habisnya ya.
ada maling teriak maling. ada jeruk minum jeruk. tapi ya itulah kita,
makhluk yang dicipta penuh ketidaksempurnaan. kalau semua sempurna, kasihan juga nanti sipir penjara gak kebagian kerjaan hehe.

nice post btw,
-hans!

Dihas Enrico said... (Reply)

sama-sama bung.....
dan mereka yang mengatakan haram makan babi dan makan babi adalah orang yang mengeri melainkan orang munafik...
:P

Post a Comment