img:google |
Apa yang orang harapkan dari sebuah remake film? Sesuatu yang baru? Atau hanya ingin menyaksikan cerita lama yang difilmkan kembali. Apalagi dari salah satu cerita paling terkenal yang pernah ada. Pastinya semua orang, khususnya penikmat film, ingin sesuatu yang bisa membuat film ini pantas hadir sebagai sebuah film remake yang memukau. Dan Beauty and The Beast sepertinya cukup berhasil menghidupkan kembali kisah klasik yang terkenal ini.
Alkisah tersebutlah seorang gadis cantik bernama Hermione Granger... maksudnya Belle. Diperankan oleh Emma Watson. Belle hidup sederhana, bersahaja namun tidak akrab dengan para penduduk desanya. Pemikiran Belle yang maju kedepan dan kesukaannya membaca buku membuat masyarakat didesanya enggan untuk menerima gadis ini. Pada suatu hari, Belle mendapati ayahnya ditawan disebuah kastil tua karena memetik sekuntum mawar di lingkungan kastil tersebut. Belle pun menghampir kastil tersebut untuk menjemput ayahnya, dan disinilah Belle pertama kali bertemu dengan The Beast, yang diperankan oleh Dan Stevens. Untuk membebaskan sang ayah, Belle melakukan pertukaran dimana sang ayah dibebaskan dan Belle tinggal sebagai tawanan. Dan dari sinilah cerita mengenai Beauty and The Beast dimulai.
Tidak mudah untuk menghidupkan kembali sebuah kisah terkenal yang sudah pernah difilmkan sebelumnya. Orang-orang pasti akan mengharapkan sesuatu yang lebih dari versi terbarunya, dan sepertinya Beauty and The Beast versi 2017 ini bermain aman. Lupakan mengenai issue tentang karakter gay pada film ini, karena nyatanya sifat gay pada karakter tersebut hanyalah tempelan dan tidak ada kaitannya dengan kelangsungan cerita film ini.
Untuk setting, okelah, film ini berhasil memberikan setting yang memadai dan cukup megah untuk film ini, walaupun jika dilihat lebih jeli setting pada film ini tidak semegah yang seharusnya. Detil pada film ini aman-aman saja. Mungkin sang sutradara memang hanya ingin fokus pada cerita pada film ini. Namun sayangnya ceritanya pun hampir semua orang sudah mengetahui, mengingat film ini dibuat sesuai dengan setting waktu pada cerita ini. Tidak seperti film Galih & Ratna yang berhasil mengambil resiko membawa kisah yang sama ke zaman modern. Film ini tetap setia dengan pakem-pakem yang ada, sehingga penonton sepertinya memang cuma ingin diajak bernostalgia saja. Permainan aman juga dilakukan pada sinematografi film ini, dimana lagi-lagi film ini bermain aman dengan mengambil gambar menggunakan sinematografi yang biasa saja. Tapi biarlah, toh film ini juga fokus pada nostalgia bukan ingin tampil dengan atmosfer baru. Nggak ada salahnya juga sih.
Akting Emma Watson pada film ini juga aman-aman saja, walaupun mungkin sebenarnya gua memang hanya fokus menganggumi si Emma yang tampak cantik di film ini, dan cukup menyadari pula bahwa karakter Belle ini agak mirip dengan karakter Emma Watson aslinya. Disisi lain gua juga merasa sepertinya Emma Watson kurang cocok untuk memerankan karakter ini.
Yang cukup gua kaget adalah sang the Beast sendiri. Enggak tau ya, di 2017 ini, ketika visual dan special effect sudah sebegitu maju, gua masih menemukan rasa-rasa "komputer" pada gerakan karakter The Beast ini. Cukup disayangkan saja sih menurut gua, seandainya karakter The Beast ini bisa lebih nyata lagi, pasti akan lebih
Secara keseluruhan, film ini masih sangat layak untuk dinikmati. Apalagi untuk anda yang ingin kembali menikmati sebuah kisah cinta yang tulus dan murni, serta menikmati kembali kisah dongeng yang dulu pernah populer. Ditambah dengan lagu-lagu yang enak didengar, film ini bisa menjadi sebuah pilihan tontonan yang bisa dinikmati ama pacar, temen atau ama keluarga. Film ini bagus kok, walaupun jauh dari Luar Biasa.
Alkisah tersebutlah seorang gadis cantik bernama Hermione Granger... maksudnya Belle. Diperankan oleh Emma Watson. Belle hidup sederhana, bersahaja namun tidak akrab dengan para penduduk desanya. Pemikiran Belle yang maju kedepan dan kesukaannya membaca buku membuat masyarakat didesanya enggan untuk menerima gadis ini. Pada suatu hari, Belle mendapati ayahnya ditawan disebuah kastil tua karena memetik sekuntum mawar di lingkungan kastil tersebut. Belle pun menghampir kastil tersebut untuk menjemput ayahnya, dan disinilah Belle pertama kali bertemu dengan The Beast, yang diperankan oleh Dan Stevens. Untuk membebaskan sang ayah, Belle melakukan pertukaran dimana sang ayah dibebaskan dan Belle tinggal sebagai tawanan. Dan dari sinilah cerita mengenai Beauty and The Beast dimulai.
Tidak mudah untuk menghidupkan kembali sebuah kisah terkenal yang sudah pernah difilmkan sebelumnya. Orang-orang pasti akan mengharapkan sesuatu yang lebih dari versi terbarunya, dan sepertinya Beauty and The Beast versi 2017 ini bermain aman. Lupakan mengenai issue tentang karakter gay pada film ini, karena nyatanya sifat gay pada karakter tersebut hanyalah tempelan dan tidak ada kaitannya dengan kelangsungan cerita film ini.
Untuk setting, okelah, film ini berhasil memberikan setting yang memadai dan cukup megah untuk film ini, walaupun jika dilihat lebih jeli setting pada film ini tidak semegah yang seharusnya. Detil pada film ini aman-aman saja. Mungkin sang sutradara memang hanya ingin fokus pada cerita pada film ini. Namun sayangnya ceritanya pun hampir semua orang sudah mengetahui, mengingat film ini dibuat sesuai dengan setting waktu pada cerita ini. Tidak seperti film Galih & Ratna yang berhasil mengambil resiko membawa kisah yang sama ke zaman modern. Film ini tetap setia dengan pakem-pakem yang ada, sehingga penonton sepertinya memang cuma ingin diajak bernostalgia saja. Permainan aman juga dilakukan pada sinematografi film ini, dimana lagi-lagi film ini bermain aman dengan mengambil gambar menggunakan sinematografi yang biasa saja. Tapi biarlah, toh film ini juga fokus pada nostalgia bukan ingin tampil dengan atmosfer baru. Nggak ada salahnya juga sih.
Akting Emma Watson pada film ini juga aman-aman saja, walaupun mungkin sebenarnya gua memang hanya fokus menganggumi si Emma yang tampak cantik di film ini, dan cukup menyadari pula bahwa karakter Belle ini agak mirip dengan karakter Emma Watson aslinya. Disisi lain gua juga merasa sepertinya Emma Watson kurang cocok untuk memerankan karakter ini.
Yang cukup gua kaget adalah sang the Beast sendiri. Enggak tau ya, di 2017 ini, ketika visual dan special effect sudah sebegitu maju, gua masih menemukan rasa-rasa "komputer" pada gerakan karakter The Beast ini. Cukup disayangkan saja sih menurut gua, seandainya karakter The Beast ini bisa lebih nyata lagi, pasti akan lebih
Secara keseluruhan, film ini masih sangat layak untuk dinikmati. Apalagi untuk anda yang ingin kembali menikmati sebuah kisah cinta yang tulus dan murni, serta menikmati kembali kisah dongeng yang dulu pernah populer. Ditambah dengan lagu-lagu yang enak didengar, film ini bisa menjadi sebuah pilihan tontonan yang bisa dinikmati ama pacar, temen atau ama keluarga. Film ini bagus kok, walaupun jauh dari Luar Biasa.
Score : 6.5 / 10
There are no comments on post : Movie Review - Beauty and The Beast
Post a Comment